Minggu, 05 Februari 2012

3 Elemen Bisnis

Ilmu ini diharapkan agar di Indonesia ini akan banyak wirausahawan yang ber-elemen tipe E. Intisar imateri ini diambil dari buku E-Myth, karangan Michael Gerber.Materi dimodivikasi dengan gaya bahasa yang lebih mudah dan sederhana. Michael Gerber melakukan survey dari 1 juta UKM di US.Berikut datanya Quote: 40% Bisnisjatuh (tutup) di tahunke 2; 80% jatuh di tahunke 5; 96% jatuh di tahunke 10; Hanya 4% yang mampu bertahan, Kenapa? Sebelum menjawab, mari kita kenali 3 elemen bisnis dalam diri kita: Quote: 1. TEKNISI (T), "hidup di masa SEKARANG", seperti koki di RM, montir di bengkel, banci di salon. Tanpa T, bisnis tak jalan! 2. MANAJER (M), "hidup di masa LALU", menganalisa data-data atau laporan, guna melakukan efisiensi dan menyelesaikan masalah. 3. ENTREPRENEUR (E), "hidup di masa DEPAN", melihatdanmencaripeluang, merencanakan, berkreasi, inovasi, pemimpi! Ketiga elemen itu ada dalam diri kita sebagai seorang pebisnis, hanya saja prosentasinya berbeda-beda. Awal berbisnis, mungkin komposisinya T=70%, M=20%, E=10%. Bacalah kisah berikut ini. Kisah: Joko adalah seorang montir. Karena keahliannya memperbaiki motor, Joko membuka bengkel motor JOKO MOTOR. Apa yang terjadi jika Joko tetap mempertahankan komposisi itu? Apalagi NAMA Joko adalah MEREK dari bengkel tersebut. Awalnya mungkin Joko bangga karena pelanggan sangat (dan hanya) percaya pada Joko. Jika Joko sakit, pelanggan memilih menunggu. Awalnya mungkin Joko enjoy-enjoy saja, namun setelah 1-2 tahun, mulai kejenuhan itudatang. Bengkel itu adalah Joko! Joko sakit, bengkel sakit. Tak selesai disitu, karena terlalu bangga dengan kemampuan teknis, Joko jadi lupa tentang 'servis'. Tempat tak nyaman, layanan buruk. Mulailah tetangga samping membuka bengkel serupa. Montirnya mungkin tak sehebat Joko, namun saat Joko sakit, saatnya mereka menyusup. Ternyata not bad jugatuh, apalagi servisnya lebih bagus, ruangan aircon, the atau kopi gratis. Mulailah pelanggan berpaling. Joko merasa kebakaran jenggot, "Kurang ajar bengkel sebelah, nyerobot pelangganku!".Kafilah tetap berlalu Sementara Joko masih pede (campur sombong) menepuk dada Tak berapa lama, bengkel tetangga membuka cabang di tempat lain, lebih besar, lebih nyaman, lebih komplit alat-alatnya! Branding adalah keterlihatan, makin banyak cabang, makin terlihat. Sementara bengkel Jokohanya 1, tetap kumuh dan arogan. Bengkel Joko tanyake orang 'pinter', katanya ditutupi 'makhluk halus'. Ehh... percaya juga! Kemenyan dan sesajipun tetap tidak mempan. 1 tahun 9 bulan 10 hari, TUTUP deh! Dasar nasib Teknisi... Itulah balada Teknisi yang selalu menepuk dada, tak mau mentransformasi dirinya. Harusnya bagaimana? Jika Anda mau terhindar dari tragedi teknisi, Anda harus mentransformasi diri Anda dari T ke M dan kemudian ke E! Tidak ada patokan akurat berapa lama harus bertahan di posisi T sebelum pindah keposisi M dan E. Tergantung titik awal masing-masing orang.Untuk pemula, usahakan sebelum 2 tahun sudah mulai mengurangi porsi di T dan mulai beralih ke M. Buatlah sistem! Faktor penghambat seseorang pindah dari T ke M atau E adalah EGO, karena merasa tidak ada sepandai dirinya."Taka da yang bisa membuat masakan seperti punyaku". Come on sis, pesawat terbang saja sudah bisa dibuat, apalagi sekedar pindang! Jika dulu Anda berucap, "Kalo gakada AKU, gak jalan"... Saatnya berucap,"Kalaugakada KAMU, gakjalan" -->sambilmenepukbahuTeknisikita. ItulahtahapManajer Kalau Entrepreneur? "Akugakmautahu, pokoknyaharusjalan!" he he he.... Katakanlah di tahun kedu aAnda bisa transformasi menjadi 20%T, 50%M, 30%E, itu sudah bagus. Caranya?Mulai ikuti training manajemen, delegasikan pekerjaan teknis kepada bawahan Anda yang teknisi. Di tahunke 3, 0%T, 20%M, 80%E, kerja Anda bermain golf, ikut pameran, asosiasi, training, membaca tren melalui majalah, networking. Sekalilagi, takadapatokanbrapa lama Anda harus melakukan transformasi. Resiko jika Anda terlalu lambat melakukan transformasi adalah mengalami kejenuhan (kehilangan momentum) dan tak dapat melihat peluang. Bisakah langsung lompat ke E? Bisa saja, beli franchise yang benar-benar memiliki sistem yang sudah stabil atau rekrut orang-orang yang kompeten di bidangnya.Tentu saja semua itu ada harganya. http://blog.um.ac.id/julieinna/2011/12/13/3-elemen-bisnis/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda terlihat jika di setujui Admin blog ini.